Hari Raya Galungan dirayakan umat Hindu setiap 210 hari dan menggunakan perhitungan kalender Bali. Hari raya ini berlangsung pada hari Budha Kliwon Dungulan. Ini merupakan momen umat Hindu di Bali, atau luar bali untuk bersyukur kepada pencipta. Selain itu, hari raya ini juga sebagai haru otonom bumi sebagai bentuk rasa syukur.
Dalam setiap Hari Raya Galungan, terdapat hal unik yang kerap dilakukan masyarakat bali. Diantaranya adalah sebagai berikut.
Membuat Tapai Ketan
Jika Anda pergi ke Bali saat Hari Raya Galungan maka Anda akan menemukan ketan. Dua hari menjelang acara biasanya masyarakat Bali akan membuat jajanan berupa tapai ketan untuk sesajen. Bahan yang digunakan adalah tapai hitam, ketan campur dan ketan hitam. Semua bahan dikukus dan diamkan beberapa jam. Setelah dingin tapai diberi ragi lalu dibungkus menggunakan daun pisang.
Membuat Penjor
Salah satu ciri dari Hari Raya Galungan adalah adanya penjor. Pada saat hari raya ini, banyak deretan penjor yang berdiri tegak di depan rumah warga. Penjor merupakan salah satu simbol rasa syukur kepada pencipta.
Penjor terbuat dari bambu melengkung di bagian ujungnya, daun aren muda, janur, dedaunan, dan diberi semacam gantungan yang disebut sampian.
Membuat Lawar
Selain tapai, pada Hari Raya Galungan juga akan banyak ditemui lawar. Ini merupakan makanan khas Bali yang selalu ada dalam perayaan Hari Daya Galungan. Bahan untuk membuat lawar adalah sayur kacang panjang, nangka, daging babi, dan posang batu. Untuk bumbu raciknya diberi darah ayam dan babi.
Nasi Kuning
Makanan-makanan yang disajikan lainnya ketika Hari Raya Galungan adalah nasi kuning. Nasi kuning biasanya digunakan untuk sesajen. Nasi kuning juga santapan favorit bersama keluarga. Hal ini digunakan untuk menambah suasana kebersamaan.
Seperti halnya Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Galungan juga momen untuk berkumpul bersama keluarga. Masayarakat Bali menyiapkan sesajen dan pergiĀ bersembahyang bersama-sama untuk mengucapkan rasa syukur kepada sang pencipta.