Pura Pulaki Buleleng, Daya Tarik, Sejarah, dan Lokasi

0
3437
Pura Pulaki Buleleng Daya Tarik, Sejarah, dan Lokasi

Pura Pulaki, Buleleng merupakan salah satu Pura terbesar di Bali Utara. Pura Buleleng ini letaknya di Desa Banyu Poh, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng. Pura Agung Pulaki juga dikenal dengan nama Pura Petirtaan.

Pura ini, didominasi dengan ornamen batu berwarna hitam. Suasana di sekitar pura juga sangat asri dan indah. Terletak di kaki bukit tentu banyak tanaman hijau yang memanjakan mata serta dekat dengan tebing akan membuat liburan Anda ditemani deburan ombak.

Lingkungan Pura Pulaki Buleleng sebenarnya merupakan satu kompleks terdiri dari lingkungan Pura Agung Pulaki dengan beberapa “pesanakannya” yaitu Pura Melanting, lingkungan Pura Kertha Kawat, Pura Pabean dan Pura Pemuteran.

Daya Tarik Pura Pulaki Buleleng

Bukit terjal berbatu dan kering serta laut membentang di depan pura. Sedangkan bukit berada di sebelah barat dan berbentuk tanjung kecil memberikan suasana menarik. Kera-kera yang hidup di sekitar pura ini, sering berkumpul di halaman pura karena adanya makanan yang sering diberikan oleh para pengunjung.

Di Teluk Pulaki Buleleng, dekat dengan pura, memiliki sejumlah mata air tawar yang dapat diminum oleh pengunjung. Namun sebab mata air ini disucikan oleh warga, maka Anda harus tetap menjaga perkataan dan perbuatan selama di area mata air maupun area Pura Pulaki.

Di lokasi tak terlalu jauh, ada Pura Melanting, Buleleng. Meski berlokasi agak ke dalam hutan, pura ini juga tak kalah cantik. Fungsi pura ini adalah pasar tradisional warga setempat. Sehingga Anda yang ingin merasakan sensasi pasar tradisional Bali dapat berkunjung ke sini.

Sejarah Pura Pulaki Buleleng

Pura Pulaki ini dikaitkan dengan perjalanan Danghyang Nirartha. Pada waktu itu, istri Danhyang Nirartha dalam keadaan lelah dari perjalanan dan memohon kepada suaminya agar diizinkan istirahat disini sampai keadaan kesehatannya pulih. Dan Hyang Nirartha mengijinkan istrinya tinggal di Pulaki ditemani putri dan putranya. Sedangkan Danhyang Nirartha tetap melanjutkan perjalanannya.

Karena frustrasi lama menunggu kedatangan suaminya, istri Danhyang Nirartha memohon kepada Dewata agar dirinya bersama seluruh warganya kesabaran sampai waktu yang tidak terbatas tanpa termakan usia. Dewata mengabulkan permintaan beliau dengan persyaratan wujudnya tidak tampak oleh manusia. Kilat menyambar dan guruh menggelegar, di saat itu rombongan menjadi lenyap karena telah menjadi suci dan menjadi orang halus (wong gamang).

Baca Juga: Sejarah Patung Garuda Wisnu Kencana

Tempat moksa istri Danhyang Nirartha kemudian dibangun sebuah Pura yang diberi nama Pura Agung Pulaki sebagai tempat memuliakan dan memuja Hyang Widhi Wasa.

Ada beberapa peneliti berpendapat bahwa Pura Agung Pulaki Buleleng sebenarnya berada di dalam hutan. Lokasi pura yang sekarang diperkirakan sebagai tempat pengayatan karena warga tak berani masuk ke dalam hutan karena sudah dihuni binatang buas, sehingga tak mungkin masuk ke pedalaman.

Lokasi Pura Agung Pulaki Buleleng

Pura ini terletak di Desa Banyu Poh, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, sekitar 50 kilometer dari Kota Singaraja atau sekitar 1 jam perjalanan ke arah Giliamanuk.

FYI, jika hendak masuk lakukan persembahyangan di Pura Agung Pulaki Buleleng, banten persembahyangan dijaga dengan baik, karena monyet atau kera disini sangat nakal dan usil, sering mencuri barang bawaan pengunjung.

Untuk itulah tempat persembahyangan atau pelinggih dipagari dengan jaring kawat, sehingga sarana upacara tidak diganggu oleh kera.