
Badan Energi Internasional (IEA) menekankan perlunya percepatan proyek migas baru guna menjaga kestabilan produksi global. Dalam laporan terbarunya, IEA mengungkapkan produksi dari 15.000 ladang minyak dan gas dunia menurun lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Penurunan tersebut berdampak besar pada ketahanan energi global. Kepala IEA, Fatih Birol menegaskan bahwa menjaga produksi tetap konstan hanya bisa dicapai dengan pengembangan sumber daya baru yang lebih produktif.
IEA menilai, ladang migas lepas pantai dan fracking yang semakin berkurang produktivitasnya menjadi penyebab turunnya kapasitas produksi. Kondisi ini menuntut adanya investasi berkelanjutan pada proyek konvensional.
Dampak Global Proyek Migas Baru
Laporan IEA juga menyoroti pentingnya investasi hulu sektor migas. Pada 2025, investasi global diperkirakan mencapai US$570 miliar atau setara Rp9.345 triliun. Angka ini diharapkan mendorong peningkatan produksi meski tren permintaan energi berubah.
Di sisi lain, dorongan menggenjot proyek migas baru menuai kritik karena berpotensi bertentangan dengan target netralitas karbon. Sejumlah negara tetap berkomitmen pada energi bersih, sementara industri migas menekankan pentingnya menjaga pasokan energi.
IEA menegaskan, keseimbangan pasar dan stabilitas harga akan terganggu jika kesenjangan produksi tidak segera ditutup. Oleh karena itu, perhatian serius diperlukan agar kebijakan energi selaras dengan kebutuhan pasar sekaligus upaya menekan emisi.
Peningkatan proyek migas baru menjadi keharusan untuk menjaga pasokan energi global tetap stabil. Meski menuai perdebatan terkait emisi dan transisi energi, langkah ini dinilai penting agar keseimbangan pasar tidak terganggu dan ketahanan energi tetap terjaga.
Demikian informasi seputar proyek migas baru. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Bulelengpagi.Com.