Investasi Saham Menjadi Alternatif Menarik di Tengah Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

271
Pasar investasi saham saat ini mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed. (Koinworks.com)

Dalam kondisi pasar yang dipengaruhi oleh proyeksi penurunan suku bunga dari The Fed dan Bank Indonesia, investasi saham dengan risiko tinggi menjadi daya tarik tersendiri. Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengungkapkan bahwa investasi high risk menjadi lebih menarik dibandingkan instrumen keuangan lainnya, mengingat ekspektasi turunnya suku bunga baik di AS maupun Indonesia.

Rully menyatakan, “Namun demikian masih perlu diwaspadai juga, dengan kemungkinan masih tingginya volatilitas,” ketika merespons pada Rabu (3/1/2024). Dalam investasi saham, perlu diperhatikan risiko perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tercatat. Saham-saham blue chip dan saham dengan orientasi bisnis di sektor tertentu dianggap sebagai pilihan yang memiliki prospek kinerja jangka panjang, terutama dalam 3 hingga 5 tahun mendatang.

Rully menekankan pentingnya memantau prospek perusahaan dan strategi ekspansi yang akan dilakukan menggunakan hasil aksi korporasi. “Sementara itu untuk saham sendiri akan menyusul, dan biasanya memang kinerja pasar saham, yang lebih dipengaruhi oleh fundamental perusahaan akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi,” tambahnya. Rully optimis terhadap potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2025 mendatang.

Sementara itu, pasar investasi saham saat ini mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed. Alat Fedwatch CME mencerminkan proyeksi para pedagang, menunjukkan lebih dari 70% peluang bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret. Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan atau BI Rate mulai kuartal II/2024, dengan mempertimbangkan faktor pergerakan nilai tukar rupiah dan inflasi yang terkendali.

Sebelumnya, Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6%, sejalan dengan kebijakan moneter yang bersifat pro-stabilitas. Keputusan ini diambil untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dan sebagai langkah pre-emptive untuk memastikan inflasi tetap terkendali sesuai sasaran. Biro Pusat Statistik (BPS) melaporkan capaian inflasi pada 2023 sebesar 2,61%, mencatatkan angka terendah dalam 20 tahun terakhir di luar periode pandemi tahun 2020 dan 2021. Capaian inflasi ini mencerminkan keberhasilan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Demikian informasi seputar prediksi prospek investasi saham untuk ke depannya. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Bulelengpagi.Com.