Penganugerahan “Anugerah Wija Kusuma” Kepada Lima Budayawan dan Seniman Asal Buleleng

1287
Serah Terima Anugera Wija Kusuma Kepada Lima Budayawan dan Seniman Buleleng
sumber gamber : bulelengkab.go.id

Pemkab Buleleng memberikan penganugerahan “Anugerah Wija Kusuma” kepada lima budayawan dan seniman asal Buleleng yang dinilai berjasa dalam pengembangan seni dan budaya.

Penganugerah “Anugerah Wija Kusuma “ berlangsung dalam rangkaian penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang berlangsung pada tanggal 21/05 di areal Pelabuhan Buleleng.

Daftar budayawan dan seniman yang menerima “Anugerah Wija Kusuma”

Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang atau Gusti Bagus Sudyatmaka Sugriwa, Rokhim B.A.E (Alm), Gede Mendra (Alm), Jro Made Sariani, dan Made Gelgel.

“Beberapa kriteria yang digunakan menentukan tokoh-tokoh penerima penghargaan Wija Kusuma, diantaranya lama pengabdian, pengabdian dalam seni-budaya yang terus menerus, sebagai pelopor di bidang seni dan budaya, serta sebagai pelaku langsung dalam praktek seni dan budaya,” kata Gde Komang epala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dilansir dari bali.antaranews.com

Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang merupakan budayawan yang juga seorang sulinggih dari Griya Budha Bang Kawiswara, Desa Bungkulan. Dia dikenal sebagai tokoh yang membangkitkan kejayaan Hindu. Karena perannya, Agama Hindu bisa diakui sebagai agama resmi oleh pemerintah RI.

Sementara itu, Rokhim B.A.E (Alm) adalah seniman arsitektur asal Kediri, Tabanan. Dia berjasa dalam membuat landmark Kota Singaraja, yaitu Tugu Singa Ambara Raja, yang saat ini masih berdiri kokoh tepat di depan Kantor Bupati Buleleng. Tugu itu diresmikan pada 5 September 1971 oleh Bupati Hartawan Mataram.

Dari bidang seni karawitan, Gede Mendra (Alm) terpilih meraih penghargaan Wija Kusuma tahun ini. Seniman asal Kelurahan Paket Agung, Buleleng ini dikenal sangat piawai dalam bermain Kendang. Dia disebut-sebut sebagai pesaing dari mestro Gde Manik dan Ketut Mredana dalam setiap pementasan Gong Mebarung pada jamannya.

Jro Made Sariani adalah seniman drama gong pada era 1980-an. Sebagai seniman drama gong yang tergabung dalam sanggar Puspa Amon, dia pernah berperan sebagai Ing Tay, dalam kisah Sampek Ing Tay, suatu kisah percintaan dari Negeri China.

Adapun Made Gelgel menerima penghargaan dalam bidang Seni Sastra Daerah. Dia dikenal sebagai penulis buku-buku kidung Bali. Selain itu, dia juga aktif sebagi juri dalam beberapa perlombaan yang berkaitan dengan sastra Bali, Mewirama, maupun lomba Nyastra Bali lainnya.

Para penerima Anugerah mendapatkan piagam dan lencana yang terbuat dari emas dengan pahatan Ciwa Natha Raja senilai Rp7,5 juta, serta uang pembinaan sebesar Rp5 juta.

Kedepannya diharapkan budayawan dan seniman yang menerima penganugerah ini bisa terus memberikan dedikasi, saran dan masukan terkait dengan pengembangan seni dan budaya yang berada di Buleleng dan Bali secara umum.