Wisata Bali Aga Destinasi Wisata Yang Dibuat Secara Swadaya

980

Bali Aga adalah desa-desa tua di atas gugusan bukit di Kecamatan Banjar yang terdiri dari lima desa, yakni Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa dan Banyusri. Orang-orang biasa menyebut desa-desa itu dengan singkatan mirip sebuah stasiun televisi swasta, SCTP-B. Beberapa kali desa-desa itu dilanda konflik politik, terutama pada zaman Orde Baru, bahkan sampai menelan korban jiwa. Citra desa-desa yang sempat terpuruk hingga membuat turis takut berkunjung.

Wayan Ariawan dan aktivis lingkungan lainnya ingin membangun Monkey forest di desa ini sebagai pelengkap wisata alam di wilayah desa-desa Bali Aga. Ia membawa sekeranjang buah yang isinya ditebarkan begitu saja di bawah pohon di tengah hutan. Beberapa saat kemudian, kawanan kera memungut buah itu, lalu mengunyahnya dengan riang. Dari atas ranting pohon burung-burung berkicau. Suasana di hutan itu pagi itu sungguh nyaman dan asri.

Jumlah burung yang sudah kami lepaskan ke alam bebas sekitar 12.500 ekor dari berbagai jenis. Jumlah kera di hutan ini sekitar 100 ekor. Kini semuanya dalam proses penjinakan. Kalau sudah benar-benar jinak, kami akan bangun destinasi monkey forest di sini, kebetulan lokasinya juga masih dekat dengan Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk.

Sejumlah warga bersedia menjadi relawan untuk memberi makan secara bergiliran. Selain warga setempat, banyak juga warga luar desa dari komunitas lingkungan di Buleleng ikut menyumbangkan buah untuk makanan kera-kera liar itu, salah satunya adalah teman-teman Ariawan dari Buleleng Harmoni.

Tak ada tiket masuk

Kini, tak ada lagi rasa takut bagi turis untuk datang ke desa-desa Bali Aga SCTP-B. Tak hanya turis lokal, setiap hari ada saja sekitar 25 turis mancanegara yang datang karena penasaran dengan desa-desa Bali Aga. Destinasi wisata yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat pun bertumbuhan.

Di Tigawasa ada destinasi bernama Kubu Alam, kemudian terdapat Rumah Hobbit di Desa Pedawa.  Belakangan di Pedawa dibangun sebuah kawasan meditasi di sebuah kebun yang asri di wilayah Bangkiang Sidem Desa Pedawa. Turis yang datang juga disuguhkan wisata sejarah berupa rumah-rumah kuno yang masih banyak berdiri di sana.

Kegiatan warga seperti menganyam bambu untuk barang kerajinan ikut jadi daya tarik tersendiri. Kadang turis juga ikut diajak melepas liar burung di dalam hutan. Tidak ada tiket masuk yang diterapkan, hanya donasi seikhlasnya untuk menikmati destinasi wisata di desa-desa Bali Aga ini.

Hingga saat ini Ariawan dan warga masih terus mengembangkan potensi wisata desa agar semakin banyak turis yang datang. Salah satu yang mereka tetap junjung tinggi ialah memelihara kelestarian alam yang telah memberikan berkah sebegitu banyaknya terhadap perubahan wajah desa sekarang.