Meski Infrastruktur Dibangun, Investasi Asing Lesu

1177

Pembangunan infrastruktur memang merupakan hal yang mencolok di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Tercatat sejak tahun 2015, sejumlah proyek pembangunan infrastruktur dikebut demi mengejar keterlambatan yang sudah belasan tahun.

Salah satu megaproyek yang sulit luput dari pengamatan kita adalah pembangunan jalan dan jalan tol. Hingga tahun 2018, pemerintahan yang dipimpin oleh Jokowi telah merampungkan 3.387 kilometer jalan nasional, dan masih akan bertambah hingga 4.119 kilometer di 2019.

Selain itu, sepanjang 782 kilometer jalan tol baru juga telah tersambung pada 2018.

Selain itu, sejumlah infrastruktur lain seperti Bendungan dan Jaringan Irigasi juga tak kalah dikebut. Selama 4 tahun ke belakang, pemerintah aktif melakukan pembangunan 55 bendungan dan 0,85 juta hektar jaringan irigasi.

Tujuannya, tak lain dan tak bukan adalah untuk percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pasalnya, infratruktur memegang peranan penting dalam kelancaran aktifitas perekonomian.

Bahkan pemerintah rela berhutang lebih dalam demi menyegerakan pembangunan karena melihat prospek perekonomian yang cerah setelah infrastruktur sudah rampung.

Sederhananya, bila perekonomian tumbuh semakin cepat karena adanya dukungan infrastruktur yang memadai, maka pembayaran hutang akan aman.

Namun demikian, nampaknya investor asing masih belum memandang hal yang sama dengan pemerintah.

Data Penanaman Modal Asing (PMA) yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan pertumbuhan yang melambat dalam 4 tahun terakhir.

Sebagai informasi, PMA merupakan modal asing yang masuk untuk membiayai sektor-sektor riil dan cenderung akan bertahan lama mendekam di Indonesia. Berbeda dengan investasi asing yang masuk sebagai portfolio di pasar keuangan yang dapat dengan mudah datang dan pergi dalam waktu cepat.

Sepanjang 2015-2018, pertumbuhan rata-rata PMA hanya berada di kisaran 6,84%, yang mana jauh dibandingkan periode 2011-2014 yang rata-ratanya mencapai 20,62%.

Memang, pada tahun 2015, pertumbuhan PMA mencapai 19,22% YoY, namun selanjutnya terus lebih rendah. Bahkan pada tahun 2018 pertumbuhan PMA tercatat minus 8,8%.

Hal ini mengindikasikan bahwa investor asing masih belum menilai perekonomian Indonesia akan tumbuh pesat di kemudian hari. Sebab, bila memang perekonomian akan tumbuh pesat, keuntungan yang didapatkan oleh investor juga akan semakin besar.

Atau mungkin memang dunia Internasional masih membutuhkan waktu untuk memahami dampak pembangunan infrastruktur di bumi pertiwi.

Artikel ini sudah tanyang di website: https://www.cnbcindonesia.com/market/20190217185136-17-55975/meski-infrastruktur-dibangun-investasi-asing-malah-lesu