Harga batu bara mengalami kenaikan selama tiga hari perdagangan beruntun, dipicu oleh kekhawatiran terhadap musim dingin di Eropa yang meningkatkan permintaan energi untuk penghangat ruangan. Dalam perdagangan Senin (4/12/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari mencapai US$ 135,25 per ton, mencatatkan rekor tertinggi dalam 1,5 bulan.
Kenaikan ini dipicu oleh ketidakpastian apakah harga batu bara dapat menembus level psikologis US$140 per ton atau malah berbalik arah. Meskipun demikian, permintaan batubara termal dari pembangkit listrik Tiongkok tetap stabil, sejalan dengan penurunan suhu yang terjadi menjelang musim dingin.
S&P Global Commodity Insights melaporkan bahwa permintaan yang stabil ini tidak diimbangi dengan lonjakan permintaan yang signifikan untuk persiapan musim dingin. Beberapa pedagang batu bara China juga diperkirakan menunda pembelian dengan harapan penurunan harga, menciptakan ketidakpastian dalam permintaan pada industri batu bara.
Faktor penundaan pembelian ini disinyalir menjadi pemicu kenaikan harga yang tipis, dan adanya kecenderungan penurunan harga batu bara ke depannya. Penurunan impor batu bara oleh China dan India, dua importir terbesar di dunia, juga dapat memberikan tekanan terhadap harga batu bara global.
Perlu diwaspadai, kekhawatiran terhadap musim dingin Eropa menjadi faktor utama di balik kenaikan harga batu bara. Kondisi cuaca yang dingin dan kebutuhan energi untuk penghangat ruangan dapat mendorong intensifikasi penggunaan pembangkit batu bara di Eropa, meskipun upaya pengurangan emisi telah dimulai.
Mengingat musim dingin di belahan bumi utara berkaitan erat dengan dinamika pasar batu bara, para pelaku industri dan analis memperhatikan perkembangan ini dengan cermat. Tidak hanya sebagai pendorong harga, musim dingin Eropa juga menjadi pijakan dalam pergeseran menuju sumber energi yang lebih bersih dan bebas emisi.
Demikian informasi seputar kenaikan harga batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Bulelengpagi.com.
