Putu Subrata (39) merupakan salah satu petani anggur di Desa Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Lokasinya berada sekitar 125 kilometer dari Denpasar. Dulunya, ayah Putu merupakan petani anggur alphonso yang berwarna ungu kehitaman. Namun sekarang Putu justru lebih fokus menanam anggur muscat yang berwarna hijau terang.
Dari dulu, anggur alphonso menjadi produk unggulan para petani yang berada di Buleleng sejak 1980-an. Bahkan saking populernya, anggur dengan warna ungu kehitaman tersebut populer dengan nama anggur buleleng.
Kebun anggur menyebar di sisi kanan dan kiri sepanjang ruas jalan Seririt-Gilimanuk. Namun anggur kebanggan para petani Buleleng tersebut hanya bertahan hingga tahun 2000-an.
Putu menceritakan pengalamannya pernah menanam anggur alphonso di kebun seluas 6 hektar. Dari luas kebun tersebut harapannya hasil panen dapat untuk membeli sapi yang banyak. Namun pada kenyataannya sapi milik para petani justru dijual untuk mempertahankan kebun anggurnya.
Saat produksi anggur berlimpah, justru harga anggur merosot drastis. Bahkan di Buleleng, harga anggur pernah mencapai Rp 150 per kilogram. Selain harga yang merosot tersebut, para petani juga banyak yang terlilit utang pada tengkulak. Lambat laun kebun anggur di Buleleng hilang. Para petani terpaksa membuka sawah dan menanam padi maupaun palawija.
Berbeda dengan petani lainnya, Putu dan keluarganya tetap bertahan sebagai petani anggur Sejak tahun 2010, Putu mengganti vatietas anggur di kebanunnya dari anggur alhonso menjadi anggur muscat. Kebun dengan luas 1,3 hektar saat ini dipenuhi tanaman berwarna hijau terang.
Anggur muscat merupakan salah satu bahan baku pembuatan minuman anggur (wine). Putu dan 130 petani anggur lainnya berhimpun menjadi kelompok tani anggur Asteroid Wineyards. Putu dan kelompoknya telah menjadi pemasok anggur segar untuk PT Sababay Industry, yakni perusahaan wine di Blahbatuh, Gianyar, Bali.
PT Sababay menjalankan kemitraan dengan para petani anggur di Buleleng. Selain itu perusahaan juga mendukung petani dengan menyediakan sarana produksi dan bibit. Penentuan harga juga tidak mengikuti harga pasar, melainkan diperhitungkan bersama para petani. Hal ini membuat para petani di Buleleng mendaptkan harga anggur yang stabil.